Berorganisasi untuk apa?
Oleh : Ahmad Agung Masykuri
Mahasiswa Bidikmisi Peraih PRESMA (Penghargaan Prestasi Mahasiswa) UNY 2014 dan 2015
Kalimat yang menjadi headline di majalah Gerbatama edisi Maret 2014. Karena tertarik, akhirnya ane download tuh majalah. Pembahasan yang menarik, melihat berorganisasi di kampus maupun luar kampus menjadi sesuatu yang perlu dikaji lagi, saatnya pemikiran mendalam dibutuhkan. Perlukah seorang mahasiswa ikut organisasi? Yang akhirnya, hanya akan disebut aktivis kampus? atau bahkan hanya untuk mempercantik CV saat berada di dunia kerja? (Lebih lanjutnya, baca sendiri majalahnya. ada kok di internet)
Banyak pendapat, banyak pula gagasan yang diberikan. Berorganisasi bukanlah hal paripurna ketika menjadi seorang mahasiswa. Bukan pula, hal yang wajib ain untuk dilakukan oleh seorang mahasiswa ketika di kampus. Sebab, berorganisasi adalah sebuah pilihan bukan sebuah pedoman yang harus dilaksanakan. Jadi, ketika berorganisasi hanya untuk mempercantik CV, itu hal yang sah-sah saja. Pragmatis, terlalu skiptis jika kehadiran sebuah forum diskusi dalam sebuah organisasi hanya sekumpulan para badut yang bersolek bak para aktivis yang ujung-ujungnya hanya menjadi sekumpulan orang untuk melaksanakan kegiatan suatu program kerja organisasi. Seperti inikah seorang mahasiswa berperilaku? Entahlah, realita di lapangan lebih banyak membuktikan.
Berorganisasi adalah cara merubah paradigma berfikir tentang "keakuan" menjadi "kebersamaan", tentang sesuatu yang nihil akhirnya menjadi sesuatu yang berisi. Tidak memerlukan durasi forum yang terlalu panjang, apalagi disertai debat kusir lempar argumen yang ujung-ujungnya hanya menjadi sebuah pertengkaran anak kecil yang belum punya akal fikiran. berorganisasi adalah cara untuk menjadi masyarakat seutuhnya. Tidak menunjukkan siapa yang paling hebat dalam program kerja tetapi berorganisasi adalah eksistensi diri bekerja karena lillahi ta'ala. Ane adalah salah satu mahasiswa yang ikut organisasi. Terkadang sebuah lintasan pikiran liar datang, berorganisasi itu kegiatan yang sia-sia belaka. Jika tanpa esensi dan niat yang benar sejak awal. Kalau hanya cuma ikut-ikutan, lebih baik jadilah sekumpulan bebek yang digiring ke tempat pemotongan. Jika hanya mau jadi terkenal, lebih baik jadilah badut jalanan, lebih berfaedah dan tentunya membuat semua orang bahagia.
Oleh : Ahmad Agung Masykuri
Mahasiswa Bidikmisi Peraih PRESMA (Penghargaan Prestasi Mahasiswa) UNY 2014 dan 2015
Kalimat yang menjadi headline di majalah Gerbatama edisi Maret 2014. Karena tertarik, akhirnya ane download tuh majalah. Pembahasan yang menarik, melihat berorganisasi di kampus maupun luar kampus menjadi sesuatu yang perlu dikaji lagi, saatnya pemikiran mendalam dibutuhkan. Perlukah seorang mahasiswa ikut organisasi? Yang akhirnya, hanya akan disebut aktivis kampus? atau bahkan hanya untuk mempercantik CV saat berada di dunia kerja? (Lebih lanjutnya, baca sendiri majalahnya. ada kok di internet)
Banyak pendapat, banyak pula gagasan yang diberikan. Berorganisasi bukanlah hal paripurna ketika menjadi seorang mahasiswa. Bukan pula, hal yang wajib ain untuk dilakukan oleh seorang mahasiswa ketika di kampus. Sebab, berorganisasi adalah sebuah pilihan bukan sebuah pedoman yang harus dilaksanakan. Jadi, ketika berorganisasi hanya untuk mempercantik CV, itu hal yang sah-sah saja. Pragmatis, terlalu skiptis jika kehadiran sebuah forum diskusi dalam sebuah organisasi hanya sekumpulan para badut yang bersolek bak para aktivis yang ujung-ujungnya hanya menjadi sekumpulan orang untuk melaksanakan kegiatan suatu program kerja organisasi. Seperti inikah seorang mahasiswa berperilaku? Entahlah, realita di lapangan lebih banyak membuktikan.
Berorganisasi adalah cara merubah paradigma berfikir tentang "keakuan" menjadi "kebersamaan", tentang sesuatu yang nihil akhirnya menjadi sesuatu yang berisi. Tidak memerlukan durasi forum yang terlalu panjang, apalagi disertai debat kusir lempar argumen yang ujung-ujungnya hanya menjadi sebuah pertengkaran anak kecil yang belum punya akal fikiran. berorganisasi adalah cara untuk menjadi masyarakat seutuhnya. Tidak menunjukkan siapa yang paling hebat dalam program kerja tetapi berorganisasi adalah eksistensi diri bekerja karena lillahi ta'ala. Ane adalah salah satu mahasiswa yang ikut organisasi. Terkadang sebuah lintasan pikiran liar datang, berorganisasi itu kegiatan yang sia-sia belaka. Jika tanpa esensi dan niat yang benar sejak awal. Kalau hanya cuma ikut-ikutan, lebih baik jadilah sekumpulan bebek yang digiring ke tempat pemotongan. Jika hanya mau jadi terkenal, lebih baik jadilah badut jalanan, lebih berfaedah dan tentunya membuat semua orang bahagia.